Banyak yang merasa kebutuhan airnya sehari-hari telah tercukupi (terhidrasi). Perasaan mereka asalnya dari pedoman kebutuhan air orang dewasa puskesmas yakni 2 liter per hari. Nah, di sini letak kesalahpahamannya.
Sejatinya, 2 liter yang dimaksud tidak bisa diartikan “yang penting udah 2 liter”. Akan tetapi, 2 liter yang dimaksud ialah 2 liter air bersih. Mengapa? Karena mengkonsumsi air kotor apalagi sampai 2 liter setiap hari malah buruk untuk tubuh.
Pertama, karena kotoran yang terbawa akan memperberat kerja sistem ekskresi (sistem pembuangan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia). Awalnya, organ-organ ekskresi seperti ginjal, hati, dsb berharap air yang masuk akan membantu mereka membersihkan tubuh. Namun, dengan masuknya kotoran di dalam air, maka yang terjadi mereka harus bekerja 2-4 kali lipat lebih berat karena harus membersihkan tubuh dari makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Kedua, karena beban mereka semakin berat, akhirnya mereka mengambil banyak energi. Akhirnya, si peminum air kotor lambat laun akan terus menurun energi dan daya fokusnya. Sehingga, ia akan jadi kurang produktif.
Itulah mengapa sebenernya banyak dari orang Indonesia kurang terpenuhi kebutuhan airnya. Menurut berita CNBC, masih ada 50 jutaan keluarga Indonesia yang tidak bisa mengkonsumsi air bersih. Mereka terpaksa meminum air kotor karena ada yang belum tahu, tidak mau tahu, dan juga ada yang ‘dipaksa alam’.
Mereka yang ‘dipaksa alam’ meminum air kotor sering dijumpai di wilayah-wilayah yang alamiahnya wilayah kering. Seperti, mereka yang tinggal di karst/perbukitan kapur.
Karakteristik wilayah karst
Wilayah karst terdiri dari batuan kapur makanya sering dinamakan perbukitan kapur. Batuan ini karakternya berlobang-lobang (permeabel) sehingga air yang dialirkan ke sini akan mudah melewatinya. Permeabilitasnya lah penyebab wilayah karst sering mengering di musim kemarau karena air hujan yang turun di musim sebelumnya tidak pernah mengisi sumur warga.
Justru, air hujan itu terus turun hingga sejauh puluhan sampai ratusan meter ke bawah. Makanya, di wilayah karst sering ditemukan danau/sungai bawah tanah. Seperti yang ditemukan di Desa Panggungrejo yang berdiri di atas wilayah karst di Blitar selatan.
Warga desa hampir pasti akan mengantre air bersih ketika musim kemarau tiba. Alasannya, mereka tidak mampu menggapai sungai bawah tanah itu hanya dengan peralatan galian merek yang sederhana seperti cangkul atau linggis.
Oleh karena itu, kami bersama orang-orang Indonesia yang lain berniat membantu warga agar tidak perlu mengantre air bersih lagi. Rencananya, kita akan membangunkan untuk mereka:
- Sumur bor yang ditenagai oleh pompa submersible yang mampu mengangkut air tanah dari kedalaman ratusan meter;
- Instalasi listrik baru bertegangan 3300va yang akan menyuplai listrik yang dibutuhkan sumur bor;
- Bak desa yang akan menampung air sumur sebelum dialirkan ke rumah-rumah warga;
- Pipa HDPE sepanjang 5-5,5 km yang akan menjadi tempat aliran air sumur ke rumah-rumah.
Pembangunan di atas membutuhkan wakaf sejumlah 1,6-1,8 miliar rupiah. Untuk itu, Desa Panggungrejo membutuhkan wakafmu juga:
Semoga Allah swt. mengekalkan pahala kita yang telah berwakaf untuk Desa Panggungrejo di atas.