Tulang ekor manusia, alias “‘ajbu adz-dzanab /عَجْبُ الذَّنَبِ”, adalah rangkaian tulang yang tidak akan hancur luluh termakan zaman sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.:
Lantas, apa iya tulang ekor sekuat itu?
‘ajbu adz-dzanab = tulang ekor manusia?
Yang akan kamu pelajari
Toggle
Di masa sekarang yang mana telah banyak masyarakat bersandar pada pembuktian sains/ ilmiah, sabda Nabi saw. terasa sangat tidak masuk akal.
Sebab kita bisa menghancurkan tulang ekor dengan beragam cara. Bisa dengan dibakar terus hingga menjadi abu, atau dilarutkan dengan cairan asam yang tinggi, pun dengan beragam cara lainnya.
Bukan cuma kita, para ulama pun mengakui bahwasanya hadits Rasul di atas tidak ilmiah. Sekalipun ‘ajbu adz-dzanab /عَجْبُ الذَّنَبِ yang dimaksud adalah tulang ekor manusia, mereka tidak juga tutup mata akan ketidak ilmiahan hadits tersebut.
Lalu, apa berarti sabda Nabi Muhammad di atas merupakan ‘kebohongan kepada umatnya’?
Ya tidak mungkin lah!!
Yang sebenarnya terjadi pada ‘ajbu adz-dzanab
Kita sebagai muslim saat mendapat hadits yang telah pasti kebenarannya (hadits shahih) yang di luar nurul, kita harus membenarkan hadits tersebut sekalipun seluruh orang di dunia tidak memercayainya.
Karena begitulah yang dicontohkan oleh Sahabat Abu Bakar As-Siddiq ra., umat Rasulullah yang paling beriman. Ia tidak ragu membenarkan cerita sahabatnya itu ketika ia saw. baru pulang dari Isra’ Mi’raj.
“Isra’” maknanya “perjalanan Rasul ke Masjidil Aqsa dari Masjidil Haram”, dari Makkah ke Palestina. Sedangkan “mi’raj” bermakna “perjalanan Rasulullah naik menuju singgasana Allah swt. (‘Arsy) dari Masjidil Aqsa”.
Andaikan kamu seorang penduduk Mekkah di zaman Rasulullah hidup, sekitar 1400-an tahun yang lalu. Kala itu waktu tempuh Mekkah ke Palestina kurang-lebih 1 bulan lamanya menunggangi unta.
Kamu tidak bisa menunggangi hewan selain unta pada saat itu karena kegersangan tanah Arab menyebabkan rerumputan dan air hampir selalu tidak tersedia sepanjang perjalanan.
Sekarang bayangkan, tiba-tiba ada seorang om-om paruh baya mengaku baru pulang dari Baitul Maqdis semalam, padahal kamu tahu persis kalau ia masih di Makkah kemarin sore.
Sekalipun kamu tahu om-om itu adalah Muhammad bin Abdullah saw. yang tidak pernah sekalipun berbohong, kamu pasti akan sangat susah mempercayainya, iya tidak??
Namun Abu Bakar bukanlah kamu. Tidak sekalipun ia ragu akan kisah sahabatnya saw. itu.
Berkat sikapnya di atas ia mendapatkan julukan “As-Siddiq” yang bermakna “sang pembenar Rasul”.

Ia ra. dengan tegas menyanggah siapa saja yang meragukan kisah Isra’ Mi’raj. Sanggahannya tertulis jelas oleh Imam As-Suyuthi berikut:
Syekh Mutawalli As-Sya’rawi merefleksikan kejadian di atas sebagai sikap yang harus dimiliki seorang muslim.
Kita mesti mengimani semua kebenaran hadits-hadits ghaib Rasul. Apalagi jika haditsnya ditulis oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim seperti hadits ‘Ajbu Adz-Dzanab (tulang ekor) di atas, semakin harus kita yakini kebenarannya bahwa tulang ekor tidak akan bisa hancur.
Bukti-bukti ilmiah kekekalan tulang ekor
Sebenarnya ada segelintir ilmuwan yang meneliti kebenaran hadits tulang ekor sebelumnya. Sebut saja Dr. Othman Al-Djilani, Dr. Muhammad Ali Al-Barr, dan Dr. Zaghlul An-Najjar. Temuan mereka semua membuktikan bahwa tulang ekor memang tidak akan bisa hancur sepenuhnya.
Sayangnya, selain mereka belum ada lagi peneliti yang membenarkannya. Makanya kita belum bisa membenarkan hadits tulang ekor selain dari sisi keimanan kita pada Rasulullah saw.
Persis seperti yang Sahabat Abu Bakar As-Siddiq contohkan sebelumnya:
“Selama (Rasulullah) yang berkata, maka sungguh dia benar”
Sembari menunggu ilmuwan lain membuktikan kebenaran hadits tulang ekor, ada baiknya baca-baca dulu golongan-golongan penerima zakat (asnaf).
Benar, di 10 malam terakhir Ramadhan ini kita juga perlu mempelajari siapa saja yang bisa kita berikan zakat:
Ingat, jangan sampai memberikan zakat kita untuk petugas penyalur zakat di komplekmu!!!