Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan suhu panas di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Penyebab utamanya berasal dari beragam aktivitas manusia dan alam.
Aktivitas manusia yang menyebabkan peningkatan suhu ialah berupa pengoperasian pabrik, penggunaan kendaraan bermotor, dan penumpukan sampah organik. Aktivitas-aktivitas ini menghasilkan gas rumah kaca yang memerangkap terlalu banyak panas matahari.
Sedangkan aktivitas alamnya, yakni fenomena El Niño yang berarti panas di sisi barat Samudera Pasifik akan mengirimkan panasnya ke sisi timur. Qodarullah, Indonesia terletak di sisi timur.
El Niño sendiri melanda Indonesia selama pertengahan tahun ini.
Adaptasi dengan suhu panas
Demi melindungi diri dari dampak suhu panas, langkah-langkah berikut kami rekomendasikan:
- Menjaga hidrasi diri
Hidrasi bermakna “tercukupinya kebutuhan cairan di dalam tubuh”. Umumnya, orang dewasa membutuhkan sekitar 2 liter cairan setiap hari. Kebutuhan tadi akan tercukupi ketika kita minum air putih dan buah-buahan berair secukupnya.
Kapan cukupnya? Ketika warna air kencing/seni/urinmu masih tidak berwarna (bening) atau berwarna kuning pekat. Jika warnanya tidak begitu, artinya kamu rawan akan terkena dehidrasi (lawannya hidrasi). Periksalah ke dokter jika kamu merasa punya gejala dehidrasi.
- Mempersedikit berkeringat
Masih dalam rangka menjaga hidrasi, kamu perlu mengurangi aktivitas yang terlalu berkeringat. Sebabnya saat sedang berkeringat, tubuh sedang memakai cairan tubuh untuk menurunkan suhu tubuh.
- Di dalam ruangan
Mengurangi aktivitas berkeringat di dalam ruangan bisa dengan menyalakan pendingin ruangan (kipas angin, AC, heksos, dll), mengenakan pakaian yang nyaman (namun tetap tidak memperlihatkan aurat saat sedang tidak sendirian).
- Di luar ruangan
Sedangkan saat di luar, oleskanlah tabir surya, memakai topi, kacamata hitam, dan jaket guna melindungi kulit dan mata dari sinar UV.
Langkah-langkah di atas cukup mengurangi dampak risiko suhu panas. Tetapi, tetap banyak daerah yang tidak akan cukup dengan langkah-langkah di atas.
Ya bagaimana ya, banyak daerah yang berdirinya di atas wilayah yang sering kekeringan. Misalnya saja wilayah karst.
Desa Panggungrejo, desa di atas wilayah karst
Desa Panggungrejo di Blitar selatan berdiri di atas perbukitan kapur (karst). Selayaknya wilayah karst yang lain, penyebab Panggungrejo sering kekeringan karena permukaan desanya berpori-pori (permeabel) sehingga setiap kali diguyur hujan, air hujannya tidak tertahan di sumur tetapi terus turun sejauh ratusan meter.
Ini terbukti setelah diadakan tes geolistrik desa, kami menemukan aliran sungai bawah di kedalaman ratusan meter. Kami, Wakaf Orang Indonesia (WOI), mengetes geolistriknya setelah sebelumnya dimintai tolong warga desa mencarikan solusi untuk mereka.
Selama ini warga mesti antre air bersih setiap musim kemarau datang. Makanya waktu kami survei lokasi, kami melihat ember-ember antrean menunggu diisikan air bersih.
Bantuan untuk Desa Panggungrejo
Setelah kita tahu ada potensi air melimpah sedalam itu, kami merencanakan skema bantuan untuk warga Desa Panggungrejo, yakni Wakaf Air Bersih untuk Desa Panggungrejo.
Berada di kedalaman ratusan meter begitu membuat pemakaian sungai bawah tanah tidak mungkin bisa terwujud tanpa peralatan canggih di bawah:
- Sumur bor bertenaga pompa submersible yang mampu mengangkut air dari kedalaman ratusan meter di bawah;
- Instalasi listrik baru bertegangan 3300va yang mampu menyalakan pompa submersible;
- Bak desa yang akan menampung air sumur sebelum didistribusikan ke rumah-rumah warga;
- Pipa HDPE sepanjang 5,5 km yang menjadi jalur distribusi air dari sumur ke rumah-rumah.
Jika kamu ingin seperti Sahabat Rasulullah Sa’ad bin Ubadah ra., maka kamu tidak akan menunda berwakaf air bersih ke Panggungrejo:
Dari Sa’ad bin ‘Ubadah ra. bertanya (kepada Nabiyullah Muhammad saw.):
“Wahai Rasulullah, bahwasanya Ummu Sa’ad (ibundaku) meninggal dunia. Sedekah apakah yang afdhal untuknya?”
Nabi saw. menjawab:
“Sedekah (wakaf) air.”
Lantas Sa’ad pun menggali sumur untuk ibunya, kemudian menyampaikan:
“Ini sumur untuk Ummu Sa’ad.”
(HR. Abu Daud)