Umurnya sudah 90 tahun. Namun, dirinya belum pernah merasakan air bersih sepanjang hidupnya. Kedatangan tim survey “Water Action for People” dari BWA itu pun disambutnya bagaikan bidadari yang datang dari langit.
“Kami menyambut anda sekalian seperti menanti bidadari dari langit,” ujar Bapak Makruf Ibrahim, sesepuh desa Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT.
Perjalanan hampir 20 jam yang ditempuh oleh tim survey “Water Action for People” BWA menuju pondok pesantren Ikhwatul Mukiminin tergantikan dengan keceriaan penduduk setempat yang sangat mengharapkan bantuan terutama pengadaan air bersih di daerah mereka.
“Goe harap goe hebo wae bor ki baru goe mata. Kalo goe mata mayat goe hebo noon wae bor” lanjut pak Makruf dalam bahasa setempat. (Maksudnya kurang lebih, saya berharap bisa mandi air bersih sebelum saya meninggal dunia. Kalau saya meninggal nanti, saya ingin mayat saya dimandikan dengan air bersih.)
Harapan sama juga disampaikan oleh Ina (Ibu) Aminah. Usianya sudah menginjak 80 tahun. Di wajahnya tergores bekas jatuh saat ia berusaha mengambil air sumur di daerahnya yang memang cukup sulit. Kepada tim survey “Water Action for People” BWA ia sempat menyampaikan, “Saya minta saya bisa minum air bersih sebelum saya berangkat (meninggal-red).”
Sementara itu, dari hasil survey yang dilakukan melalui metode geolistrik (pendeteksian potensi air), ditemukan 5 titik potensial untuk dilakukan pengeboran air bersih.
“Alhamdulillah, kami diberi kemudahan dalam survey ini. Pada umumnya daerah di sini berpotensi air bersih. Kira-kira berada di kedalaman 100-150 meter. 3 titik potensial air tawar dan 2 titik air payau,” ujar ketua tim survey, Abu Aliy.
Kelima titik tersebut antara lain:
– 2 titik di desa Adonara, Kabupaten Flores Timur yang berpotensi air tawar
– 1 titik di desa Tagatiwi, Kabupaten Lambata yang berpotensi air tawar
– 1 titik di desa Dulitukan yang berpotensi air payau
– 1 titik di dusun Wakat Ehak, desa Palilolon yang berpotensi air payau.
Pada saat survey tersebut, dilakukan pula pendistribusian wakaf Al Quran di masing-masing desa yang dikunjungi sebanyak 40 buah Al Quran setiap masjidnya.
“Antusias warga mempelajari Al Quran bertambah saat menerima wakaf Al Quran ini. Dan perlu diketahui, kaum muslimin di sini minoritas,” papar Abu Aliy. [bwa]