Suasana anak-anak yang menyerbu air tawar yang telah di proses dari asin menjadi tawar dengan sistem desalinasi dengan alat yang kamu bangun di pulau madu sulawesi selatan.
Hingga larut malam warga mulai dari anak-anak hingga dewasa masih terus menyerbu air tawar yang tidak pernah mereka rasakan di pulau madu selama mereka tinggal di pulau itu.
Kondisi anak-anak yang mengantri berjam-jam di sumur untuk mendapatkan air beberapa jerigen.
Sambil mengantri air di sumur berjam-jam sekalipun itu air asin mereka menghibur diri dengan bermain dengan beberapa anak-anak se usia mereka yang juga tengah mengantri di sumur yang sama.
Inilah mesin desalinasi yang kami bangun di desa one santonda pulau madu sulsel
Suasana di sumur terlihat ramai pada jam 4 pagi.
Tampak seorang anak yang sedang berusaha melepas pancingnya yang mungkin tersangkut oleh batu karang di dermaga kecil.
Tampak warga dengan perahu mereka dan berwajah senang menyambut kami di kapal yang kami kendarai untuk menurunkan mesin genset dan mesin desalinasi dari kapal kami.
Tampak anak kecil meminum air dari sumur dimana mereka mengambil air walaupun air itu asin setelah mereka lelah bermain dan menimba air.
Terlihat seorang kaka sedang memandikan adiknya dengan menggunakan air yang begitu asinnya.
Mereka adalah anak-anak yang polos yang tidak pernah mengenal akan perkembangan dunia teknologi dan ilektronik, yang mereka kenal hanyalah bekerja membantu orang tua mereka mengambil air di sumur.
Di usianya yang sudah tua itu, se orang nenek masih mampu membawa air seberat 36 liter dan di tambah lagi 5 liter.
Gadis kecil ini terbangun pada pukul 5.00 dari sebuah gerobak yang dia gunakan untuk tidur bercampur dengan jerigen yang sebagian sudah terisi yang dia antri dari jam 12 malam.
Tiga sumur ini tidak pernah sepi sepanjang 24 jam dari warga pulau madu yang terus mengantri untuk mendapatkan air, walaupun hanya sebatas air asin.