Berbeda dengan musim panas di negara-negara subtropis (negara di luar garis khatulistiwa), musim panas di Indonesia ditandai oleh peningkatan suhu yang signifikan dan seringkali disertai dengan penurunan curah hujan. Tahun ini musim panas di Indonesia terjadi antara bulan April hingga Oktober dengan puncaknya di bulan Juli sampai September.
Untungnya musim panas tahun 2024 diprediksi tidak seekstrem tahun lalu. Meski begitu kita tetap harus mempersiapkan diri menghadapi musim panas kali ini dengan banyak meminum air putih, menjarangkan diri keluar rumah, mengoles kulit dengan krim anti UV, dan menutupi diri dengan topi/jaket/atau luaran apapun guna mengurangi paparan sinar matahari.
Sayangnya, persiapan ini tidak bisa dilakukan semua orang, terutama mereka yang tinggal di daerah yang rawan akan kekeringan seperti daerah karst. Salah satunya ialah Desa Panggungrejo.
Mengapa karst (bukit kapur) sering kekeringan di musim panas?
Daerah karst di Indonesia lebih dikenal dengan perbukitan kapur. Sudah banyak yang tahu kapur berguna sebagai bahan baku semen. Namun, banyak yang belum tahu kenyataan bukit-bukit kapur sering mengalami kekeringan terlebih jika sedang musim panas.
Bukit kapur sering kekeringan begitu penyebabnya karakteristik tanahnya yang permeabel (berpori-pori). Ketika air hujan turun alih-alih mengisi lubang di permukaannya, justru banyak airnya yang terus turun meresap ke dalam tanah. Airnya bisa turun sejauh puluhan bahkan ratusan meter. Malah tak jarang saking banyaknya air yang turun, malah membentuk danau/sungai bawah tanah.
Itulah yang terjadi kepada Desa Panggungrejo yang berdiri di daerah karst di Blitar selatan. Sumur-sumur warga sana nyaris setiap musim panas akan mengering. Makanya, sejak bertahun-tahun silam warga mengeluhkan kekurangan air bersih untuk kebutuhan rumah dan nafkah.
Awalnya warga tidak mengetahui karakteristik tempat tinggalnya. Namun setelah kami uji geolistrik mencari dimana sumber air bersihnya, ternyata “tertidur” ratusan meter di bawah. Hasil ujinya menemukan ada sungai bawah tanah hasil endapan air bertahun-tahun lamanya.
Kedalaman segitu pastinya tidak bisa diraih hanya dengan peralatan penggalian sederhana semacam cangkul atau sekop. Butuh peralatan canggih pompa submersible yang mampu mengangkut air itu ratusan meter ke atas ke permukaan. Akibat keterbatasan peralatan penggalian warga, warga terpaksa mengantre air bersih di setiap musim panas.

Sedekah air ke Desa Panggungrejo
Mendengar keluhan mereka tadi pasti menggerakkan kita orang Indonesia ingin menolong. Apalagi kita yang muslim, bersedekah air termasuk amal mulia yang dianjurkan Rasulullah. Beliau saw. pernah mengucapkannya saat ditanya Sahabat Saad bin Ubadah ra.:
“Wahai Rasulullah, bahwasanya Ummu Sa’ad (ibundaku) meninggal dunia. Sedekah apakah yang afdal untuknya?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sedekah air.”
Lantas Sa’ad pun menggali sumur untuk ibunya lalu ia mengumumkan, “Ini sumur untuk Ummu Sa’ad.” (HR. Abu Daud, no. 1681)
Untuk itu marilah bersedekah air untuk mereka ke:
Nantinya seluruh sedekah yang dikumpulkan dimaksudkan untuk membiayai pembangunan:
- Sumur bor yang dilengkapi dengan pompa submersible;
- Sambungan listrik baru yang akan menyalakan pompa;
- Bak desa yang akan menampung air sumur sebelum dialirkan ke rumah-rumah warga;
- Dan jalur air terbuat dari pipa HDPE sepanjang 5,5 km yang akan memfasilitasi pengaliran air dari sumur ke rumah-rumah.
Bagi kamu yang sudah bersedekah air untuk mereka, jazakumullah khoiron jaza semoga Allah mencatat abadi amalmu barusan. Terus, kamu juga bisa bertanya ke admin kami Wakaf Orang Indonesia (WOI) terkait kejelasan sedekahmu.
DM langsung WOI: