Banyak yang beranggapan bahwa dirinya telah cukup terhidrasi (tercukupinya kebutuhan air minum dirinya dalam 1 hari). Anggapan ini berasal dari anggapan umum bahwasanya orang dewasa butuh minum 2 liter air per hari.
Anggapan seperti ini sejatinya kurang tepat.
Benar, kita perlu meminum 2 liter air setiap hari. Akan tetapi, jika air yang kita minum bukanlah air bersih, maka ketika kita meminumnya sebanyak 2 liter setiap hari pasti bisa membahayakan tubuh kita.
Anggapan yang dirasa kurang tepat berikutnya adalah ketika menganggap air bersih itu sebatas penampakannya yang tidak berwarna (bening).
Nyatanya, air bersih itu selain tidak berwarna (bening), juga tidak berbau, tidak berasa (pH nya sekitar 6,5-8,5), dan juga tidak tercemar patogen (zat/makhluk penyebab penyakit).
Setelah air minum kita memenuhi 4 kriteria di atas, baru kita bisa anggap air yang kita pake itu ialah air bersih.
Sebaliknya, jika salah satu saja kriteria yang tidak terpenuhi, air tersebut bisa membahayakan tubuh kita jika dikonsumsi dalam waktu lama (lebih dari sebulan).
Bahkan, air yang dimaksud di atas dapat merusak sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem-sistem organ tubuh yang lain.
Nahasnya, masih ada puluhan juta saudara-saudari kita di seluruh Indonesia yang masih terpaksa meminum air kotor. Mereka meminumnya bukan karena pengen, tapi karena “dipaksa keadaan”.
Misalnya seperti mereka yang tinggal di daerah yang kekeringan, yang mana bagi mereka bisa mendapatkan air saja sudah sebuah rezeki, terlepas dari apakah airnya bersih atau kotor.
Beberapa dari mereka merupakan masyarakat yang tinggal di kawasan karst.
Kawasan karst, kawasan yang sering kekeringan
Isi bahasan
ToggleKawasan karst, ialah bentang alam yang terbentuk akibat proses dari batu-batuan kapur. Karena terbentuk dari bebatuan kapur, tanahnya bersifat permeabel (berongga-rongga seperti kaos).
Ketika tanah itu permeabel, artinya tanah itu hampir tidak bisa menyimpan air hujan yang turun sebab airnya terus turun melewati pori-pori tanahnya.
Air hujan tadi bisa terus turun hingga sedalam puluhan atau bahkan ratusan meter ke bawah.
Makanya, tidak jarang ketika dusun-dusun yang berdiri di atas kawan karst dilanda kekeringan di musim kemarau, jauh di bawah desanya terdapat danau/sungai bawah tanah dengan air bersih yang melimpah.
Seperti itulah yang selalu terjadi kepada warga Dusun Kalisuko, Desa Panggungrejo, Kabupaten Blitar.
Mereka, warga Dusun Kalisuko, hampir setiap minggu harus meluangkan waktu untuk membawa pulang air. Air yang dibawa pulang barusan harus mereka cukup-cukupin untuk kebutuhan rumah tangga dan nafkah.
Tidak jarang mereka terpaksa mengurangi kebutuhan air minumnya demi bisa mengairi ladang pertanian / memberi minum hewan-hewan ternaknya.
Resolusi untuk warga Desa Panggungrejo, Blitar
Sungai bawah tanah mereka terletak ratusan meter di bawah tanah. Lokasinya yang sedalam itu menyebabkan mereka tidak bisa memanfaatkannya untuk menghadapi musim panas.
Tentu cangkul, sekop, gancu, atau peralatan-peralatan penggalian sederhana yang lain tidak mungkin bisa mengantarkan mereka mencapai sungai itu.
Mereka membutuhkan alat bor, pompa, dan pipa yang mutakhir agar bisa memanfaatkan sungai bawah tanah di musim panas. Dan sayangnya, peralatan-peralatan canggih tersebut harganya sangat mahal.
Setikdaknya, dibutuhkan biaya lebih dari 1,5 miliar rupiah untuk menyewa alat bor dan memasang pompa dan pipa mutakhir di atas.
Untuk itu, resolusi untuk warga Dusun Kalisuko, Desa Panggungrejo tahun ini adalah mengumpulkan wakaf sebanyak 1,6 miliar agar dapat mewujudkan hal-hal di bawah: