Dewasa ini, semakin sering kita temui orang-orang yang tidak bahagia. Tak jarang justru yang kita temui tidak bahagia malah diri kita sendiri. Dan, ini bukan hanya perasaan kita saja, akan tetapi memang ditemukan dimana-mana di negeri kita.
World Happiness 2024 melaporkan, ketidakbahagiaan orang-orang di Indonesia lebih tinggi daripada orang-orang di Filipina. Padahal, orang-orang Filipina ‘sedikit lebih miskin’ dari kita. Pendapatan rata-rata mereka saja lebih rendah 30% dari kita, tapi mengapa kita lebih tidak bahagia ya?
Penyebab ketidakbahagiaan
Rupanya, bukan uang penyebab ketidakbahagiaan kita, akan tetapi diri kita sendiri. Kita bisa sedih karena kuliah di ITB ketika kita inginnya kuliah di ITS, kita bisa sedih karena selingkuhan kita selingkuhi kita, dan masih banyak penyebab lain yang bisa membuat kita sedih.
Kalau diperhatikan, semua ketidakbahagiaan kita memiliki pola yang sama, yakni sama-sama mendapatkan kondisi yang tidak sesuai harapan kita. Sayangnya yang kita dapatkan tidak seperti yang kita tonton di FYP, yang kita denger dari pengalaman temen, atau dari manapun.
Sumber kebahagiaan kita
Bagi kita seorang muslim, mestinya harapan kita dilandaskan pada ajaran agama Islam. Contohnya kita landaskan pada Surat at Thalaq ayat 3 di bawah:
وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ ؕ وَمَنۡ يَّتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسۡبُهٗ ؕ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمۡرِهٖ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ قَدۡرًا
“Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”
Ayat di atas menuliskan bahwa Allah swt. berjanji ‘mencukupkan kebutuhan muslim yang bertawakal’. Maksudnya, ‘Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang bertawakal’.
Imam al-Qusyairi (w. 465 H) menerangkan apa yang dimaksud sebagai muslim yang bertawakal:
1. Ia memilih bersandar kepada Allah dalam segala keadaan dan kondisi, tidak bergantung kepada selain Allah, dan tidak meminta perlindungan kepada selain Allah;
2. Ia berpegang teguh menaati setiap permintaan Allah, ikhlas dalam beribadah, serta menjauhi setiap larangan Allah. Ia menjaga dirinya dari kedurhakaan kepada Allah dalam setiap waktunya.
Sederhananya, sang imam mencirikan muslim yang bertawakal ialah muslim yang selalu berusaha menaati segala permintaan Allah dan menjauhi larangannya.
Kunci kebahagiaan menurut Islam
Rasulullah Muhammad saw. meminta orang-orang beriman agar memiliki sikap bersyukur dan bersabar. Sebabnya, bersyukur dan bersabar merupakan kunci kebahagiaan menurut Islam. Sabda beliau saw.:
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik… Jika ia mendapat kesenangan ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR Muslim)
Sebab permintaan Rasulullah sejalan dengan permintaan Allah, kita mesti berusaha memiliki sikap syukur dan sabar agar bisa bahagia. Kedua sikap ini bak dua sisi mata uang yang bergantian muncul ke permukaan.
Saat seorang muslim tangha Allah beri senang, muncullah rasa syukurnya sembari bersembunyi rasa sabarnya. Sebaliknya, saat dirinya Allah beri kesedihan, maka rasa sabarnya yang akan muncul.
Ciri-ciri seorang muslim muncul rasa syukurnya yakni ketika ia:
- mengakui dalam hati bahwa semua nikmat itu dari Allah Ta’ala,
- menampakkan gestur syukur kita atas nikmat tersebut. Caranya bisa dengan sesederhana berucap “Alhamdulillah”, atau bisa juga ditambah dengan menceritakan nikmatnya. Menampakkan gestur begini biasa disebut dengan tahadduts bin nikmah,
- dan menggunakannya untuk beramal soleh lagi (bersedekah misalnya).
Di lain sisi, ciri-ciri muslim yang bersabar yakni ketika ia:
- tidak murka terhadap musibah yang Allah berikan,
- tidak menampakkan gestur berkeluh kesah,
- dan menahan diri dari mengamalkan perbuatan yang terlarang seperti menangis meraung-raung, menampar-nampar wajah, atau merobek-robek pakaian.
Insya Allah begitu kita memiliki keduanya, sekalipun kita mendapat kondisi yang tidak kita harapkan, kita akan tetap bisa bahagia.
Wallahu a’lam
Semoga bermanfaat