Allah SWT menjanjikan pahala bagi hamba-hamba-Nya yang mengerjakan amal saleh. Di antara amal saleh yang berpahala besar adalah berinfak di jalan Allah SWT. Dalam Al-Quran disebutkan:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (infak yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 92).
Ahmad bin Musthafa al-Maraghi (w. 1371 H) dalam kitab Tafsîr al-Marâghî menjelaskan bahwa kita tidak akan memperoleh kebaikan dari Allah SWT—berupa mendapatkan rahmat-Nya, memperoleh pahala dari-Nya, masuk ke dalam surge-Nya, dan terhindar dari azab-Nya—kecuali kita telah menginfakkan harta yang disukai oleh diri kita di jalan-Nya.
Imam al-Bukhari dan Muslim menuturkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas radhiyallâhu ‘anhu:
كان أبو طلحة أكثر الأنصار نخلا بالمدينة، وكان أحب أمواله إليه بيرحاء (موضع) وكانت مستقبلة المسجد، وكان النبي صلى الله عليه وسلم يدخلها ويشرب من ماء طيب فيها، فلما نزلت (لَنْ تَنالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ) قال أبو طلحة يا رسول الله: إن أحبّ أموالى إلىّ بيرحاء.
وإنها صدقة لله تعالى أرجو برّها وذخرها عند الله تعالى، فضعها يا رسول الله حيث أراك الله تعالى، فقال عليه السلام: بخ بخ (كلمة تقال عند الرضا والإعجاب بالشيء) ذاك مال رابح، وقد سمعت ما قلت، وإنى أرى أن تجعلها في الأقربين، فقال أفعل يا رسول الله، فقسمها أبو طلحة في أقاربه وبنى عمه.
Abu Thalhah adalah salah seorang sahabat Nabi dari kaum Anshar yang paling kaya.
Diantara kekayaan yang sangat disukai oleh Abu Thalhah adalah kebun yang bernama Bairaha. Kebun ini menghadap masjid Nabawi dan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam biasa masuk ke dalamnya untuk meminum airnya. Ketika turun ayat “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai,” (QS Ali Imran [3]:92).
Abu Thalhah langsung datang menghadap Rasulullah Saw, lalu berkata bahwa harta yang paling ia cintai adalah kebun Bairaha, dan ia mau menyedekahkan hartanya yang paling berharga itu kepada Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw lalu bersabda, “Bagus! itu adalah harta yang paling menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan mengenai kebun itu. Dan aku berpendapat, hendaknya kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatku,” Lalu Abu Thalhah membagi-bagi kebun itu kepada kaum kerabat dan anak-anak paman Rasulullah Saw. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Demikian perilaku salah seorang sahabat Nabi Saw ketika mendengar ayat 92 surah Ali ‘Imran. Sebagai Muslim, sudah sepatutnya kita mencontoh beliau. Jika kita ingin menginginkan surga-Nya, maka infakkanlah harta kita yang paling kita cintai. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita hidayah-Nya sehingga kita selalu termotivasi untuk menginfakkan harta kita yang terbaik, harta yang paling kita cintai. Aamiin.[]
Infakkan sebagian harta yang paling Anda cintai untuk membantu membiayai pendidikan sesama di sini.