Ridha: Ketenangan Hati dalam Menerima Takdir Ilahi
Dalam perjalanan spiritual seorang muslim, ridha adalah puncak tertinggi dari keimanan. Ia bukan sekadar pasrah atau menerima dengan terpaksa, melainkan sikap hati yang dengan lapang dada menerima segala ketentuan Allah, baik yang manis maupun pahit, yang menyenangkan maupun menyulitkan. Ridha adalah mahkota kesabaran yang membuat seorang hamba tenang menjalani kehidupan, karena yakin sepenuhnya bahwa semua yang Allah tetapkan adalah yang terbaik baginya.
رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya.”
(QS. Al-Bayyinah: 8)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa ridha, maka ia akan mendapat keridhaan (Allah). Barangsiapa murka, maka ia akan mendapat kemurkaan (Allah).”(HR. Tirmidzi no. 2396)
Memahami Hakikat Ridha dalam Perspektif Islam
Ridha sering disalahartikan sebagai sikap pasif atau tidak berusaha. Padahal, hakikat ridha adalah menerima hasil setelah berusaha maksimal dengan penuh keyakinan bahwa apapun hasilnya, itulah yang terbaik dari Allah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa ridha adalah “kelapangan dada terhadap ketetapan Allah dan penerimaan hati yang penuh terhadap keputusan-Nya.”
Ridha bagaikan seorang anak kecil yang dengan percaya diri memegang tangan ayahnya melewati jalan berbahaya. Ia tidak tahu kemana ayahnya membawanya, tetapi ia yakin bahwa ayahnya akan membawanya ke tempat yang terbaik. Begitulah ridha – percaya sepenuhnya pada kebijaksanaan Allah meski akal tidak selalu memahaminya.
Tingkatan-Tingkatan Ridha dalam Menghadapi Takdir
Para ulama membagi ridha ke dalam beberapa tingkatan:
- Ridha dengan Ketentuan Allah (Ridha bil Qadha): Menerima takdir Allah dengan hati lapang, baik senang maupun susah.
- Ridha dengan Hukum Allah (Ridha bil Hukm): Menerima dan melaksanakan syariat Allah dengan penuh kerelaan.
- Ridha dengan Pemberian Allah (Ridha bil Ma’thum): Bersyukur dengan apa yang diberikan Allah, tidak iri dengan milik orang lain.
- Ridha kepada Allah sebagai Tuhan (Ridha billah Rabban): Tingkatan tertinggi dimana seorang hamba ridha dengan Allah sebagai Tuhannya.
Bentuk-Bentuk Ridha dalam Kehidupan Sehari-hari
- Bersyukur dalam kelapangan dan sabar dalam kesempitan: Menjaga keseimbangan emosi dalam berbagai kondisi.
- Tidak mengeluh berlebihan saat musibah: Mengeluh hanya kepada Allah, bukan menggerutu terhadap takdir-Nya.
- Meyakini hikmah di balik setiap kejadian: Percaya bahwa ada kebaikan dalam setiap ketetapan Allah.
- Tidak iri dengan rezeki orang lain: Fokus pada berusaha dengan cara halal tanpa membanding-bandingkan.
- Menerima kritik dan saran dengan lapang dada: Melihat setiap masukan sebagai sarana perbaikan diri.
- Ridha dengan takdir kematian: Mempersiapkan diri menyambut panggilan Ilahi dengan tenang.
Manfaat Psikologis Ridha bagi Kesehatan Mental
Ridha tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga membawa dampak positif bagi kesehatan mental:
- Mengurangi stres dan kecemasan: Penerimaan terhadap realitas mengurangi konflik batin.
- Meningkatkan resiliensi: Kemampuan bangkit dari kesulitan menjadi lebih kuat.
- Memperbaiki kualitas tidur: Pikiran yang tenang membantu tidur lebih nyenyak.
- Mengurangi gejala depresi: Penerimaan diri dan takdir mencegah perasaan putus asa.
- Meningkatkan kepuasan hidup: Fokus pada syukur而不是 keluhan meningkatkan kebahagiaan.
Kisah Inspiratif: Ridhanya Nabi Ayyub dalam Menghadapi Ujian
Salah satu teladan ridha yang paling mengagumkan adalah kisah Nabi Ayyub. Beliau diuji dengan kehilangan harta, anak-anak, dan kesehatan. Tubuhnya dipenuhi penyakit yang membuat orang-orang menjauhinya. Namun, dalam kondisi yang sangat menyakitkan itu, Nabi Ayyub tetap ridha dengan ketentuan Allah.
Doa beliau tercatat dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83). Perhatikan bagaimana beliau tidak mengeluh tentang penyakitnya, tetapi justru mengingat kasih sayang Allah. Inilah hakikat ridha – tetap melihat kebaikan Allah meski dalam penderitaan.
Cara Melatih Sikap Ridha dalam Kehidupan Modern
Di era yang penuh dengan tekanan dan kompetisi, melatih ridha menjadi kebutuhan spiritual yang mendesak:
- Memperbanyak dzikir dan doa: Mengingat Allah menguatkan hati untuk menerima takdir.
- Membaca kisah-kisah teladan: Belajar dari ketabahan para Nabi dan orang-orang shalih.
- Melatih syukur harian: Menulis tiga hal yang disyukuri setiap hari.
- Merenungkan hikmah di balik musibah: Setiap kesulitan pasti membawa pelajaran berharga.
- Bergaul dengan orang-orang yang ridha: Keteladanan mereka akan menginspirasi kita.
- Memahami siklus kehidupan: Senang dan susah adalah bagian dari sunnatullah yang bergantian.
Kesimpulan: Ridha sebagai Kunci Ketenteraman Hidup
Ridha adalah obat penenang hati yang paling ampuh di tengah gelombang kehidupan yang tak pasti. Ia mengajarkan kita untuk tidak hanya bergantung pada kemampuan diri, tetapi bersandar sepenuhnya pada kebijaksanaan Allah. Dengan ridha, seorang muslim menemukan ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan harta, keteduhan yang tidak bisa dicari dalam kesenangan dunia.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim). Inilah buah dari ridha – kemampuan melihat kebaikan dalam setiap keadaan, meyakini bahwa dibalik setiap kesulitan ada kemudahan, dan dibalik setiap ujian ada hikmah yang memperkuat iman.
Sumber:
Understanding the Concept of Fate as Islamic Psychotherapy |
Uncovering the Human and Divine Aspect of Ridha in the Qur’an melalui Tafsir Tahrir wa Tanwir |
The Essence of Ridha: Ibn Qayyim Al-Jauziyah’s View