Bersyukur di Era Teknologi: Menemukan Kembali Makna Hakiki Nikmat Digital dalam Perspektif Islam

Di tengah derasnya revolusi digital yang mengubah wajah peradaban, teknologi hadir sebagai nikmat Allah yang sekaligus menjadi ujian iman terbesar abad ini. Setiap inovasi—dari smartphone hingga artificial intelligence—membawa kita pada pertanyaan mendasar: apakah kita menjadi hamba yang lebih bersyukur atau justru terjebak dalam kelalaian? Islam mengajarkan bahwa syukur sejati atas teknologi bukan sekadar mengucap “alhamdulillah”, melainkan kemampuan mengolah kemajuan menjadi sarana pendekatan kepada Sang Pemberi Nikmat.
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu, dan jangan kepada yang di atasmu, agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah.”(HR. Muslim)
Teknologi sebagai Ujian Syukur Kontemporer
Teknologi dalam perspektif Islam adalah manifestasi dari nama Allah “Al-‘Alim” (Maha Mengetahui) yang dianugerahkan kepada manusia. Setiap algoritma, setiap kode program, setiap jaringan internet adalah bukti bahwa Allah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Namun, seperti pedang bermata dua, teknologi bisa menjadi alat ketaatan atau sarana maksiat—bergantung pada niat dan cara penggunaannya.
Imam Al-Ghazali dalam “Kimya as-Sa’adah” menjelaskan bahwa syukur memiliki tiga rukun: pengetahuan tentang nikmat, pengakuan dengan hati, dan pembuktian dengan anggota badan. Dalam konteks teknologi, ini berarti menyadari bahwa smartphone kita adalah nikmat, mengakui bahwa itu dari Allah, dan menggunakan untuk ketaatan.
Hierarki Syukur Digital dalam Kehidupan Muslim
Bersyukur di era teknologi dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkat:
- Syukur Dasar: Tidak menggunakan teknologi untuk kemaksiatan.
- Syukur Menengah: Memanfaatkan teknologi untuk hal yang mubah dan bermanfaat.
- Syukur Tinggi: Mengoptimalkan teknologi untuk ketaatan dan ibadah.
- Syukur Kreatif: Menciptakan teknologi baru untuk kemaslahatan umat.
- Syukur Transformative: Menggunakan teknologi untuk transformasi sosial yang positif.

Bentuk-Bentuk Nyata Syukur Digital dalam Praktik Sehari-hari
- Digital Qur’an dan Hadits: Menggunakan aplikasi untuk memperdalam ilmu agama.
- Online Learning: Mengikuti kajian Islam melalui platform digital.
- Social Media Dakwah: Menyebarkan konten positif dan edukatif.
- Digital Zakat dan Sedekah: Memudahkan penyaluran bantuan melalui platform online.
- Productivity Apps untuk Ibadah: Menggunakan reminder shalat dan puasa.
- Telemedicine Islami: Konsultasi kesehatan dengan tetap menjaga aurat dan adab.
Bahaya Tidak Bersyukur di Era Digital
Mengabaikan syukur dalam penggunaan teknologi dapat membawa dampak negatif:
- Digital Addiction: Kecanduan gadget yang mengganggu ibadah.
- Informasi Overload: Kebanjiran informasi tanpa filter nilai Islami.
- Social Media Anxiety: Kecemasan akibat membandingkan diri dengan orang lain.
- Erosion of Privacy: Hilangnya batasan privasi dalam dunia digital.
- Spiritual Disconnection: Terputusnya hubungan dengan Allah karena sibuk dengan dunia maya.
- Time Mismanagement: Waktu habis untuk hal tidak bermanfaat.
Strategi Digital Detox ala Nabi
Rasulullah mengajarkan prinsip-prinsip yang relevan untuk era digital:
- Prinsip Moderasi (Wasathiyyah): Tidak berlebihan dalam menggunakan teknologi.
- Prinsip Manfaat (Maslahah): Hanya menggunakan untuk hal yang bermanfaat.
- Prinsip Waktu (Mauqut): Mengalokasikan waktu khusus untuk teknologi.
- Prinsip Niat (Niyyah): Meniatkan setiap penggunaan untuk ibadah.
- Prinsip Evaluasi (Muhasabah): Mengevaluasi dampak teknologi pada kehidupan.
Kisah Inspiratif: Ulama yang Mensyukuri Teknologi
Syaikh Abdullah bin Bayyah, ulama kontemporer terkemuka, adalah contoh bagaimana mensyukuri teknologi dengan benar. Di usianya yang telah senja, beliau aktif menggunakan konferensi video untuk mengajar murid-muridnya dari berbagai belahan dunia. Fatwa-fatwanya tersebar melalui website resmi dan media sosial, menjangkau jutaan muslim.
Yang menarik, beliau selalu menekankan pentingnya “adab berdigital”. Dalam salah satu ceramahnya, beliau berkata: “Teknologi adalah nikmat Allah, tetapi ia seperti sungai yang deras. Jika kita tidak membangun bendungan adab, ia akan menghanyutkan nilai-nilai kita.” Pesan ini mengingatkan bahwa syukur atas teknologi harus diwujudkan dengan menjaga etika penggunaannya.
Teknologi dan Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam
Bersyukur dalam penggunaan teknologi berkaitan erat dengan kesehatan mental:
- Digital Mindfulness: Tetap sadar akan keberadaan Allah saat menggunakan teknologi.
- Gratitude Journaling Apps: Menggunakan aplikasi untuk mencatat nikmat harian.
- Qur’anic Meditation Apps: Aplikasi meditasi dengan dasar dzikir dan doa.
- Digital Sabbath: Menentukan hari tanpa teknologi untuk recharge spiritual.
- Shalat Berjamaah Virtual: Tetap terhubung dengan komunitas meski secara digital.
Membangun Keluarga Digital yang Bersyukur
Strategi untuk keluarga muslim di era digital:
- Family Digital Agreement: Kesepakatan keluarga tentang penggunaan teknologi.
- Tech-Free Zones: Area di rumah yang bebas dari gadget.
- Quality Screen Time: Menonton konten edukatif bersama keluarga.
- Digital Parenting: Mengajarkan anak adab berdigital sejak dini.
- Family Digital Projects: Projek kreatif menggunakan teknologi.
Syukur Teknologi sebagai Investasi Akhirat
Mensyukuri teknologi dengan benar membuka peluang investasi akhirat:
- Digital Sedekah Jariyah: Konten edukatif yang terus diakses orang.
- Online Teaching: Mengajar ilmu agama melalui platform digital.
- Open Source Projects: Membuat software untuk kemaslahatan umat.
- Digital Archives: Melestarikan khazanah Islam dalam format digital.
- Virtual Community Service: Membantu sesama melalui platform online.
Kesimpulan: Menjadi Muslim Digital yang Bersyukur
Bersyukur di era teknologi adalah seni menjaga keseimbangan antara memanfaatkan kemajuan dan tetap terhubung dengan Sang Pencipta. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit.” (HR. Muslim). Dalam konteks digital, ini berarti konsistensi dalam menggunakan teknologi untuk kebaikan, meski dalam skala kecil.
Teknologi bukan musuh yang harus dijauhi, melainkan nikmat yang harus disyukuri. Dengan pendekatan yang tepat—disertai ilmu, adab, dan niat yang ikhlas—setiap inovasi digital dapat menjadi tangga menuju ridha Allah. Mari jadikan teknologi sebagai sarana untuk semakin dekat dengan-Nya, bukan alat yang menjauhkan kita dari hakikat penciptaan sebagai hamba yang bersyukur.
Sumber:
Technology-Based Gratitude Interventions for Enhancing Mental Health and Well‑Being in The Community |
The Semantics of Gratitude (Shukr) in the Qurʾān |
Taking Account of Tech: Fulfilling Our Personhood in the Smartphone Era



