div style=”max-width:800px;margin:0 auto;padding:1em;font-family:system-ui, -apple-system, ‘Segoe UI’, Roboto, ‘Helvetica Neue’, Arial;color:#111″>
Merawat Ukhuwah Islamiyah di Tengah Perbedaan
Ukhuwah Islamiyah berarti persaudaraan yang terjalin di antara kaum Muslimin atas dasar iman dan takwa kepada Allah ﷻ. Ikatan ini melampaui batas suku, bahasa, dan negara — ia berdiri kokoh di atas aqidah yang sama. Inilah simpul yang mengikat hati-hati yang berbeda menjadi satu tubuh, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa umat ini laksana satu tubuh: jika satu bagian sakit, seluruhnya ikut merasakan.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujurat: 10)
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).”
(HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580)
Ukhuwah ini menuntut kita untuk saling menolong dalam kebaikan, menjaga kehormatan, dan menghindari segala bentuk tindakan yang merusak hubungan sesama Muslim. Inilah pondasi persatuan yang menjadi benteng di tengah gempuran fitnah dan perpecahan.
Perbedaan Bukan Alasan untuk Bermusuhan
Perbedaan pandangan di kalangan umat Islam adalah hal yang wajar, bahkan sudah ada sejak masa para sahabat. Penyebabnya beragam: perbedaan pemahaman dalil, situasi, kondisi, hingga metode penafsiran. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
“Pendapatku benar, namun mengandung kemungkinan salah; pendapat orang lain salah, namun mengandung kemungkinan benar.”
(Manaqib Asy-Syafi’i, Al-Baihaqi, 1/438)
Selama perbedaan itu berada dalam koridor syariat, ia seharusnya menjadi peluang untuk saling melengkapi, bukan alasan untuk saling membenci. Perbedaan yang dikelola dengan adab justru memperkaya khazanah pemikiran umat.
Adab dalam Menyikapi Perbedaan Pandangan
Islam mengajarkan adab yang indah ketika menghadapi perbedaan:
- Menghindari caci maki dan prasangka buruk (QS. Al-Hujurat: 11–12).
- Berdialog dengan santun dan hujjah yang jelas (QS. An-Nahl: 125).
- Tidak memaksakan pendapat jika tidak ada dalil yang pasti.
- Mengutamakan persaudaraan di atas ego atau kemenangan argumen.
- Belajar dari ulama terpercaya agar pemahaman tidak menyimpang.
Kisah: Dua Sahabat dan Perbedaan yang Menyatukan
Di sebuah kota kecil, ada dua sahabat bernama Ahmad dan Bilal. Keduanya aktif di masjid yang sama, namun suatu ketika berbeda pendapat mengenai metode pembagian zakat. Perbedaan itu memanas hingga membuat sebagian jamaah ikut terbagi dua kubu. Menyadari keadaan ini, seorang ustadz senior mengundang Ahmad dan Bilal untuk duduk bersama. Mereka mempelajari kembali dalil-dalil yang ada, saling mendengar alasan masing-masing, dan akhirnya menyadari bahwa keduanya punya tujuan yang sama: membantu fakir miskin dengan cara yang terbaik.
Pertemuan itu tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga menguatkan ikatan persaudaraan. Ahmad dan Bilal kemudian bersama-sama memimpin program zakat yang lebih terstruktur. Kisah ini menjadi pelajaran bagi jamaah bahwa perbedaan yang dihadapi dengan niat tulus dan adab yang benar bisa menjadi sumber kekuatan, bukan perpecahan.
Kiat Menjaga Persatuan Umat
- Fokus pada persamaan seperti shalat, puasa, zakat, dan kewajiban utama lainnya.
- Perbanyak silaturahim untuk menguatkan ikatan hati.
- Hindari berita provokatif yang memecah belah umat.
- Jaga lisan di media sosial agar tidak menimbulkan fitnah.
- Berdoa untuk persatuan sebagaimana Nabi ﷺ memohon agar hati umat disatukan.
Kesimpulan
Ukhuwah Islamiyah adalah aset berharga yang harus dijaga dengan kebijaksanaan dan adab. Perbedaan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk memperkuat persatuan. Selama kita berpegang pada iman, saling menghormati, dan mengutamakan akhlak mulia, kekuatan umat akan tetap terjaga di tengah tantangan zaman.
Sumber:
Brotherhood Perspective of the Qur’an |
Religious Brotherhood in the Islamic Society |
Da’wah in Form of Ukhuwah Islamiyah |
The Concept of Ukhuwah (Brotherhood) in the Perspective of al-Qur’an
div style=”max-width:800px;margin:0 auto;padding:1em;font-family:system-ui, -apple-system, ‘Segoe UI’, Roboto, ‘Helvetica Neue’, Arial;color:#111″>
Merawat Ukhuwah Islamiyah di Tengah Perbedaan
Ukhuwah Islamiyah berarti persaudaraan yang terjalin di antara kaum Muslimin atas dasar iman dan takwa kepada Allah ﷻ. Ikatan ini melampaui batas suku, bahasa, dan negara — ia berdiri kokoh di atas aqidah yang sama. Inilah simpul yang mengikat hati-hati yang berbeda menjadi satu tubuh, sebagaimana sabda Nabi ﷺ bahwa umat ini laksana satu tubuh: jika satu bagian sakit, seluruhnya ikut merasakan.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. Al-Hujurat: 10)
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh).”
(HR. Bukhari no. 2442, Muslim no. 2580)
Ukhuwah ini menuntut kita untuk saling menolong dalam kebaikan, menjaga kehormatan, dan menghindari segala bentuk tindakan yang merusak hubungan sesama Muslim. Inilah pondasi persatuan yang menjadi benteng di tengah gempuran fitnah dan perpecahan.
Perbedaan Bukan Alasan untuk Bermusuhan
Perbedaan pandangan di kalangan umat Islam adalah hal yang wajar, bahkan sudah ada sejak masa para sahabat. Penyebabnya beragam: perbedaan pemahaman dalil, situasi, kondisi, hingga metode penafsiran. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
“Pendapatku benar, namun mengandung kemungkinan salah; pendapat orang lain salah, namun mengandung kemungkinan benar.”
(Manaqib Asy-Syafi’i, Al-Baihaqi, 1/438)
Selama perbedaan itu berada dalam koridor syariat, ia seharusnya menjadi peluang untuk saling melengkapi, bukan alasan untuk saling membenci. Perbedaan yang dikelola dengan adab justru memperkaya khazanah pemikiran umat.
Adab dalam Menyikapi Perbedaan Pandangan
Islam mengajarkan adab yang indah ketika menghadapi perbedaan:
- Menghindari caci maki dan prasangka buruk (QS. Al-Hujurat: 11–12).
- Berdialog dengan santun dan hujjah yang jelas (QS. An-Nahl: 125).
- Tidak memaksakan pendapat jika tidak ada dalil yang pasti.
- Mengutamakan persaudaraan di atas ego atau kemenangan argumen.
- Belajar dari ulama terpercaya agar pemahaman tidak menyimpang.
Kisah: Dua Sahabat dan Perbedaan yang Menyatukan
Di sebuah kota kecil, ada dua sahabat bernama Ahmad dan Bilal. Keduanya aktif di masjid yang sama, namun suatu ketika berbeda pendapat mengenai metode pembagian zakat. Perbedaan itu memanas hingga membuat sebagian jamaah ikut terbagi dua kubu. Menyadari keadaan ini, seorang ustadz senior mengundang Ahmad dan Bilal untuk duduk bersama. Mereka mempelajari kembali dalil-dalil yang ada, saling mendengar alasan masing-masing, dan akhirnya menyadari bahwa keduanya punya tujuan yang sama: membantu fakir miskin dengan cara yang terbaik.
Pertemuan itu tidak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga menguatkan ikatan persaudaraan. Ahmad dan Bilal kemudian bersama-sama memimpin program zakat yang lebih terstruktur. Kisah ini menjadi pelajaran bagi jamaah bahwa perbedaan yang dihadapi dengan niat tulus dan adab yang benar bisa menjadi sumber kekuatan, bukan perpecahan.
Kiat Menjaga Persatuan Umat
- Fokus pada persamaan seperti shalat, puasa, zakat, dan kewajiban utama lainnya.
- Perbanyak silaturahim untuk menguatkan ikatan hati.
- Hindari berita provokatif yang memecah belah umat.
- Jaga lisan di media sosial agar tidak menimbulkan fitnah.
- Berdoa untuk persatuan sebagaimana Nabi ﷺ memohon agar hati umat disatukan.
Kesimpulan
Ukhuwah Islamiyah adalah aset berharga yang harus dijaga dengan kebijaksanaan dan adab. Perbedaan bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk memperkuat persatuan. Selama kita berpegang pada iman, saling menghormati, dan mengutamakan akhlak mulia, kekuatan umat akan tetap terjaga di tengah tantangan zaman.
Sumber:
Brotherhood Perspective of the Qur’an |
Religious Brotherhood in the Islamic Society |
Da’wah in Form of Ukhuwah Islamiyah |
The Concept of Ukhuwah (Brotherhood) in the Perspective of al-Qur’an