Mahmud Arief Albar, Dosen tetap Departemen Sastra Inggris USU
Selain berwakaf atas nama dirinya, Mahmud Arief Albar juga suka berwakaf atas nama
almarhum ayahanda Abul Faiz Albar dan almarhumah Yose Andri Nagel.
“Saya berharap wakaf saya tersebut diperkenankan Allah SWT dan menjadi amal jariah bagi
almarhum ayah saya dan teman saya itu,” ujar Dosen tetap Departemen Sastra Inggris,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara tersebut.
Setelah Rasulullah SAW, bagi Mahmud almarhum ayah yang berpulang 19 September 2011
merupakan sosok suami, sahabat, guru, pemimpin, dan Muslim yang selalu menginspirasi.
“Sejak saya kecil, beliau juga sudah mengajarkan saya untuk selalu banyak beramal dan
mengingat amanah seorang Muslim terhadap muslim dan Muslimah lainnya,” ungkap
kandidat doktor Interdisciplinary Studies, College of Social Sciences, University of Glasgow.
Skotlandia, Britania Raya.
Sedangkan, almarhumah Yose yang meninggal pada 2014 merupakan teman sekantor di
kampus. Perempuan yang cuma pegawai honorer dan hidupnya banyak kesulitan tersebut
selalu tampak bersemangat, bekerja keras dan tidak pernah ‘hitung-hitungan’ kalau bekerja.
“Almarhumah pernah bilang ke saya dia ingin sekali bisa banyak berinfak dan bersedekah.
Insya Allah beberapa wakaf yang saya keluarkan atas namanya diperkenankan Allah SWT
dan dapat menjadi penyambung cita-citanya yang terputus serta menghapus dosa-dosanya,”
ujar warga Jalan Dr Sumarsono No 57, Medan.
Mahmud mulai berwakaf sejak 2012. “Diberitahu kakak saya yang sudah lebih dulu mulai
berwakaf untuk almarhum ayah kami melalui BWA. Kakak saya ini, Marina Yusnita Albar,
juga sudah pernah diwawancara dan di-feature di Newsletter BWA beberapa waktu lalu,
hahaha,” ujar peraih magister bahasa Inggris di College of Liberal Arts, Texas A & M
University, Texas, Amerika Serikat (2008).
Menurutnya, proyek-proyek BWA sangat menarik dan tepat sasaran. Karena dirinya bisa
memilih sendiri proyek untuk diberi donasi, ditambah lagi dengan tampilan jumlah terkumpul
yang real time.
“Ada perasaan syukur tersendiri sewaktu menerima SMS konfirmasi bahwa wakaf saya
sudah dikonfirmasi, saya jadi bersemangat. Biarpun mungkin jumlah yang saya wakafkan
nggak banyak, tapi rasanya senang sekali setiap melihat ‘meteran’nya menjadi 100 persen
dan jumlah donasi terkumpul. Saya merasa benar-benar ikut serta dalam suatu proyek amal
yang besar dan mulia,” pungkas lelaki kelahiran Medan, 4 September 1982.[]