Pangandaran, sebuah kabupaten di Jawa Barat yang memiliki panorama pantai yang cantik. Sebuah daerah yang sering dikunjungi wisatawan karena memiliki beberapa objek wisata. Diantaranya Pantai Krapayak, Pantai Karang Nini dan Pantai Pangandaran. Selain itu masih ada cagar alam serta desa wisata Lestari. Masakan khas atau kuliner disana juga merupakan sesuatu yang memiliki daya tarik.
Pada awalnya desa Pananjung Pangandaran ini dibuka dan ditempati oleh para nelayan dari Suku Sunda. Penyebab pendatang lebih memilih daerah Pangandaran untuk menjadi tempat tinggal karena gelombang laut yang kecil yang membuat mudah untuk mencari ikan.
Di Pantai Pangandaran ini terdapat sebuah tanjung yang ternyata menghambat atau menghalangi gelombang besar untuk sampai ke pantai. Di sanalah para nelayan menjadikan tempat tersebut untuk menyimpan perahu, yang dalam Bahasa Sundanya disebut andar. Banyaknya pendatang ke tempat ini kemudian menetap, jadilah sebuah perkampungan yang disebut Pangandaran. Pangandaran berasal dari dua buah kata “pangan” adalah makanan dan “daran” adalah pendatang. Jadi Pangandaran artinya “Sumber Makanan Para Pendatang”.
Jalan yang terjal di daerah perbukitan, menjadi tantangan tersendiri bagi ustad dan dai untuk melakukan dakwah di bawah bukit Pangandaran.
Dakwah di pegunungan pangandaran
Dakwah Islam yang berada di kecamatan Sidamulih pun berlangsung dinamis, keinginan belajar masyarakat di pedesaan wilayah sebelah selatan kota Banjar ini sangat besar. Salah satunya di wilayah desa Kalijati, dimasjid Jamiatul Khoir, memiliki pengajian umum setiap hari Senin, pengjian ini di bina oleh Ustadz abbas, ust. Mumu dan juga ustadz Ridwan, yang secara bergiliran mengisi kajian untuk warga.
Selain desa Kalijati ini, tim dakwah yang di pimpin oleh Ustadz mumu ini juga membina wilayah desa Cigugur, Langkaplancar, dan Padaherang. Empat desa lain yaitu desa Cijulang, Kalipucang, Parigi, belum bisa dilayani untuk mengadakan pengajian umum karena keterbatasan sarana transportasi.
Ustadz Ridwan misalkan beliau tinggal di daerah Padaherang, dusun Gerewing desa Pasirgeulis, masih menggunakan motor Honda grand tahun 90-an. Motor beliau ini biasa beliau pakai untuk mengisi kajian untuk di wilayah Kalijati kecamatan Sidamulih, kadang juga ke wilayah Cigugur yang jalannya rusak dan berlubang sehingga menyulitkan mobilitas dakwah.
Ust. Ridwan dengan motor Honda Grand tahun 90-an miliknya.
“Motor jenis Trail sangat dibutuhkan untuk akses dakwah di wilayah pegunungan pangandaran. Karena fasilitas jalan umumnya rusak dan berlubang, sehingga menyulitkan mobilitas dakwah. Jika turun hujan , mobilitas dakwah jadi kurang optimal karena jalannya becek dan berlumpur, kalo tidak hati-hati bisa jatuh ke jurang”, ujar ustadz Mumu.
Ustadz Anwar Hidayat menambahkan “Tantangan untuk dakwah di daerah ini adalah masalah aqidah. Karena dengan aqidah yang benar maka masyarakat akan bersemangat dalam belajar al Qur’an dan akan meninggalkan kebiasaan sajen yang biasa tiap menjelang ramadhan mereka lakukan”.
Dengan kondisi inilah Badan Wakaf Al Qur’an ingin membantu dakwah melalui project Wakaf Khusus Motor Dakwah. Yang rencananya dengan membeli motor trail Kawasaki KLX-150 sebanyak 2 unit. Kami mengajak kaum muslimin untuk meningkatkan kepedulian dengan berdonasi dalam pengadaan Motor Dakwah ini yang nantinya akan dipergunakan untuk tim da’i yang di pimpin oleh ustadz Mumu di wilayah pegunungan pangandaran. Semoga Allah SWT akan melimpahkan pahala kepada kita semua dengan lancarnya aktivitas dakwah disana.