Sudah puluhan tahun warga Desa Giripurwo, Gunungkidul krisis air bersih karena sumber utama air bersih mereka adalah dari air hujan, sementara di musim kemarau penduduk desa harus berhemat karena air yang tersedia tidak mencukupi bagi kebutuhan warga. Padahal ada sumber air yang melimpah di desa tersebut, sekitar 500 meter dari pemukiman penduduk Dusun Tlogo Warak terdapat aliran sungai bawah tanah yang airnya jernih.
Penemuan sungai bawah tanah ini terjadi pada tahun 1997 secara tidak sengaja, ketika seorang penduduk desa menyusuri Gua Pego untuk mencari sarang burung walet. Ditengah kegelapan dan kesunyian, tiba-tiba ia mendengar suara aliran air yang deras di dasar gua yang curam. Temuan ini ditindaklanjuti oleh aparat desa dengan menurunkan beberapa orang untuk melihat lebih dekat asal suara aliran air tersebut.
Ternyata hasilnya menakjubkan, ada sungai bawah tanah dengan debit cukup besar dan airnya jernih. Namun sayang dari tahun 1997 sampai sekarang penduduk desa Giripurwo belum bisa menikmati air bersih tersebut karena untuk mengaksesnya ke dasar gua cukup sulit. Dari mulut gua harus masuk dan menuruni tangga hingga kedalaman sekitar 50 meter.
Setelah itu, berjalan merunduk memasuki lorong yang ketinggiannya kurang dari satu meter sejauh 80 meter. Kemudian bisa berjalan lagi dengan berdiri tegak sekitar 20 meter berikutnya. Setelah itu, memasuki lubang yang menukik 90 derajat vertikal ke bawah sedalam 85 meter!
Warga pun menggunakan tangga tali dan tambang agar bisa sampai di dasarnya. Di dasar gua inilah terdapat aliran sungai jernih yang mengalir menuju Pantai Selatan.Air dalam gua ini sangat segar dan bersih karena telah mengalami proses penyaringan secara alami.Dengan debit air sekitar 30 liter per detik, diprediksikan dapat mencukupi kebutuhan penduduk 3 dusun yang saat ini berpenghuni sekitar 800 KK tersebut.
Tahap Survey
Survey tim BWA mencari sumber air bersih di dalam gua
“Airnya enak, bisa digunakan untuk kebutuhan tiga dusun,” ungkap Darminto, penanggung jawab project sarana air bersih, usai meminum air sungai itu saat survei ke lokasi pada 30 Oktober 2011 lalu.
Tahap Mengangkat Air Ke Permukaan Tanah
Untuk mengangkat air bersih ini agar bisa dinikmati oleh warga dengan mudah maka Badan Wakaf Al-Qur’an pun melaksanakan project wakaf pembangunan sarana air bersih. Dengan langkah sebagai berikut.
Pertama, membangun tempat dudukan mesin pompa air submersible di dasar gua di tepi sungai bawah tanah tersebut, yakni dengan menggali dasar gua sedalam 2-3 m. Setelah itu mesin pompa diturunkan di pasang di tempatnya tersebut.
Kedua, mengalirkan air sungai ke dalam tempat pompa air submersible tersebut , agar diperoleh debit air yang cukup dan pompa air selalu dalam keadaan terendam maka dibangun semancam tanggul untuk menahan aliran air. “Bendungan ini diharapkan mampu menahan air secara alami dan membuat dasar gua penuh dengan air sehingga diperoleh volume yang cukup agar dapat di pompa ke atas menuju permukaan tanah,” ungkap Darminto.
Ketiga, pipanisasi dari pompa di dasar gua hingga ke permukaan tanah, selisih ketinggiannya antara keduanya mencapai 150 m.
Keempat, Air yang diangkat ini di alirkan ke bak penampungan dengan kapasitas 48.000 liter yang terdapat di dekat mulut gua. Sampai disini tahap pertama pembangunan sarana air bersih selesai, kemudian akan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu,
Tahap Distribusi
Membangun bak penampungan air di atas bukit yang memiliki ketinggian 50 m dari bak penampungan dekat mulut gua, dengan kapasitas 48.000 liter. Tahap ini untuk memudahkan mengalirkan air ke bak-bak pembagi di tiga dusun yang masing-masing berkapasitas 30.000 liter di Desa Giripurwo itu.
Insya Allah Project Wakaf Sarana Air Bersih ini akan selesai pada pertengahan April 2012, semoga dimudahkan oleh Allah SWT sehingga warga di desa Giripurwo tidak kesulitan air bersih di musim kemarau.