Masya Allah, ternyata ada perkampungan di tengah hutan yang jalannya berbatu terjal, tanjakan dan turunan curam, apalagi saat hujan jalannya pun menjadi sangat licin, bagaimana kehidupan beragama mereka ? Pertanyaan tersebut sempat muncul di benak tim BWA mengirimkan Al-Qur’an wakaf ke daerah masyarakat kesatuan adat Banten Kidul yang terkurung (enclave) di kawasan Taman Nasional Kawasan Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat.
Tim BWA menempuh perjalanan selama 4 jam dari Pelabuhan Ratu. Padahal jaraknya dari ibukota Kabupaten Sukabumi itu hanya 40 Km. Bandingkan dengan perjalanan Jakarta-Bandung yang berjarak hampir lima kali lipatnya itu tetapi waktu tempuhnya hanya 2,5 jam saja. Tapi mau tidak mau tim BWA harus tetap ke sana. Tujuannya hanya satu: menyampaikan amanah dari para wakif.
Dengan menumpang mobil four while drives (4 WD), kendaraan yang dirancang untuk medan berat tim BWA berhasil juga melewati rintangan tersebut. Lega rasanya bisa menyampaikan amanah, dapat bertemu dan menyerahkan langsung Al-Qur’an wakaf kepada Abah Ugi, Pimpinan Masyarakat Kesatuan Adat Banten Kidul dan disaksikan pula oleh Ki Rahman, kepala urusan keagamaan (amil) setempat.
Ki Rahman dan Abah Ugi nampak berseri-seri ketika mengetahui ada 1000 Al Qur’an siap disampaikan kepada warganya, Al-Qur’an yang selama ini mereka idamkan.
“Alhamdulillah…, terakhir kami menerima bantuan Al-Qur’an sekitar sepuluh tahun yang lalu, baru sekarang kami dapat lagi, 1.000 Al Qur’an ini kami akan segera distribusikan ke warga agar bisa karasa manfaatnya,” ujar Abah Ugi sumringah, Ahad (4/7/2010) di Kampung Cipta Gelar, “ibukota” perkampungan Masyarakat Adat Banten Kidul.
Hilanglah rasa letih tim BWA saat melihat senyum yang mengembang di bibir lelaki yang berikat kepala hitam khas Kesatuan Adat Banten Kidul itu.[bwa]