Umat Islam mengimani bahwa ada 4 kitab suci, yakni Zabur (Nabi Daud AS), Taurat (Nabi Musa AS), Injil (Nabi Isa AS), dan Al-Qur’an (Nabi Muhammad SAW). Dari 4 kitab suci tersebut, hanya Al-Qur’an yang lestari dan terjaga hingga kini. Kelestarian dan keabadiannya menjadikan Al-Qur’an sebagai acuan dan pedoman kaum beriman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya, setelah Al-Qur’an, para ulama Islam berpendapat bahwa Al-hadist menempati kedudukan ke-2 sebagai sumber hukum islam. Kira-kira Sahabat Wakaf tahu serba-serbi Al-Qur’an? Yuk cari tahu sehingga kita makin semangat membaca dan mendalami kalam-kalam Ilahi.
Asal Usul Kata “Al-Qur’an”
Menurut definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril. Kitab suci ini dibaca, dipelajari, dan dijadikan pedoman dalam hidup.
Mengenai asal-usulnya, terdapat banyak sekali pendapat mengenai awal mula kata Al-Qur’an. Salah satunya adalah Imam Al-Asyari. Seperti dikutip dari jurnal penelitian Kamrat As’at Irsady, Imam Al-Asyari berpendapat bahwa Al-Qur’an merupakan turunan kata dari qarana. Arti kata qarana adalah menggabungkan dan menyandingkan sesuatu. Jika ditinjau dari penjabaran Imam Al-Asyari, maka secara etimologis, Al-Qur’an merupakan Kitab Himpunan karena semua semua huruf dan kalimat-kalimatnya dihimpun satu sama lain sehingga menjadi himpunan tidak terpisahkan.
Analisa ini secara implisit didukung oleh penuturan Ibnu Masud ra sebagai berikut:
نِهِ بُأَرْقَ يَانَي كِتَّ الَاءَنَرُقْ ال ُظَفْحََي لِ ّ نِإَ وَةَاءَرِقْا الَنْعِمَ سْدَا قَّنِإ ِ لَّصَفُمْ الْنِ مًةَورُ سَةَرْشَ عَي ِ انَمَ ثَمَّلَسَ وِهْيَلَ ع َُّ ى اللَّلَ صُّيِب َّ الن حمِ آلْنِ مِنْيَتَورُسَو
Kami biasa mendengarkan bacaan Al-Qur’an, dan aku benar-benar hapal himpunan surah-surah Al-Qur’an yang biasa dibaca Nabi SAW.., yaitu 18 surah dari kelompok mufassal 15 (surat-surat pendek) dan dua surat dari kelompok surah-surah yang diawali Ha Mim.
Pendapat Imam Al-Asyari didukung oleh Imam Bukhari berdasarkan definisi dan komponen-komponen dalam Al-Qur’an di atas. Beliau juga ikut menambahkan “Al-Qur’an disebut Al-Qur’an karena gabungan surat-surat. Sementara surat disebut surat karena ia terpotong dari yang lain. Dan ketika ia disandingkan dan digabungkan satu sama lain, barulah ia disebut Al-Qur’an.”
Apakah kata “Al-Qur’an” disebut dalam Al-Qur’an? dalam Dalam Al-Qur’an, terdapat satu surat yang memuat kata Qur’an. Hal ini semakin menegaskan bahwa kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW memang disebut Al-Qur’an. Sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Qiyamah Ayat 17-18:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya.
Bagaimana Cara Al-Qur’an Diwahyukan Kepada Nabi Muhammad SAW?
Kalangan orientalis pernah meragukan keaslian Al-Qur’an. Mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an merupakan tulisan Nabi Muhammad SAW. Pendapat itu jelas terbantahkan mengingat Nabi Muhammad SAW seorang yang buta huruf dan tidak bisa membaca. Baca saja tidak bisa, apalagi menulis.
Lalu bagaimana wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW? Seperti dikutip dari republika.co.id, Al-Qur’an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun pada masa kenabian Nabi Muhammad SAW dengan berbagai cara. Keempat cara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Cara ini termaktub dalam Surat Asy-Syura Ayat 51 sebagai berikut:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
2. Malaikat Jibril menampakan wujudnya di depan Nabi Muhammad SAW dalam wujud seorang laki-laki. Laki-laki tersebut mendiktekan kata-kata kepada Nabi Muhammad SAW sehingga beliau mengetahui dan hafal benar perkataan Malaikat Jibril.
3. Wahyu datang kepada Nabi Muhammad SAW seperti bunyi gemerincing lonceng. Menurut Nabi Muhammad SAW turunnya wahyu dengan cara ini sangatlah berat. Saking beratnya, kening beliau bercucuran keringat walaupun sedang dalam musim dingin. Bahkan ketika wahyu turun dalam kondisi Nabi Muhammad SAW mengendarai unta, unta tersebut terpaksa berhenti dan duduk karena merasakan beban berat. Kondisi ini diungkapkan oleh riwayat hadits Zaid bin Tsabit:
Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu ia seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesainya wahyu turun, barulah beliau kembali seperti biasa.
4. Malaikat Jibril menampakkan dirinya di depan Nabi Muhammad SAW dalam wujud aslinya. Sebagaimana yang termaktub dalam Surat An-Najm Ayat 13-14
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤)
Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha.
Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Sahabat Wakaf pasti sudah tahu bahwa Al-Qur’an diturunkan secara bertahap, baik berupa ayat dari sebuah surat atau sebuah surat yang pendek secara lengkap. Penyampaian Al-Qur’an keseluruhan memakan waktu kurang lebih 23 tahun, yakni 13 tahun ketika Nabi Muhammad SAW tinggal di Mekkah dan 10 tahun ketika Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah.
Permulaan turunnya Al-Qur’an ada pada malam Lailatul Qadr, tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 Masehi. Fakta ini termaktub dalam Surat Al-Qadr Ayat 1:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.
Kala itu Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berupa ayat Al-Alaq 1-5 dalam usia 41 tahun. Sementara turunnya wahyu terakhir adalah Surat Al-Maidah Ayat 3 saat Nabi Muhammad SAW menunaikan Haji Wada. Ayat tersebut memiliki arti:
…pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Kategori Surat Dalam Al-Qur’an
Ada dua kategori pengelompokkan Surat dalam Al-Qur’an seperti dikutip dari republika.co.id. Pertama adalah pengelompokkan surat berdasarkan lokasi turunnya, yakni Makkiyah dan Madaniyyah.
• Surat Makkiyah
Disebut Surat Makkiyah karena turun di Kota Mekkah. Menurut para ahli Tahqiq Surat Makiyah diturunkan selama 12 tahun, 5 bulan, dan lebih dari 13 hari dan terdiri dari 90 Surat dan 4.773 Ayat.
Karakteristik Surat Makkiyah adalah ayat dan surahnya pendek-pendek, ungkapannya keras, cenderung puitis dan menyentuh hati, banyak terdapat kesamaan bunyi, banyak menggunakan huruf qasam (sumpah), banyak kecaman kepada kaum musyrik, penekanan pada dasar-dasar keimanan kepada Allah dan Hari Akhir, serta penggambaran surga dan neraka, dan banyak tuntunan mengenai akhlaq al-karimah (akhlak yang baik).
Contoh Surat Makkiyah adalah Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Nas, dan sebagainya.
• Surat Madaniyyah
Sementara itu, Surat Madaniyyah digunakan untuk menyebut surat-surat yang turun di Madinah dan turun dalam kurun waktu 9 tahun, 9 bulan lebih, dan 9 hari. Surat Madaniyyah Mencakup 24 Surat dan 1.463 ayat.
Karakteristik Surat Madaniyah adalah ayat dan suratnya panjang-panjang, ungkapannya tenang dan cenderung prosais yang ditujunya adalah akal pikiran, dan banyak mengemukakan argumentasi dan bukti-bukti mengenai kebenaran-kebenaran agama.
Pada umumnya Surat Madaniyyah berisi tentang norma-norma dalam membangun suatu negara agar negara tersebut mampu menyejahterakan penduduknya.
Contoh Surat Madaniyyah adalah Al-Baqarah, An-Nisa, Al-Maidah, Al-Anfal, dan sebagainya.
Adapun pengelompokan panjang pendeknya surat dalam Al-Qur’an berdasarkan salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Watsilah bin al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu. Seperti dikutip dari laman konsultasisyariah.com, hadits tersebut berbunyi:
أُعْطِيتُ مَكَانَ التَّوْرَاةِ السَّبْعَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الزَّبُورِ الْمَئِينَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الْإِنْجِيلِ الْمَثَانِيَ، وَفُضِّلْتُ بِالْمُفَصَّلِ
Aku diberi pengganti isi Taurat dengan as-Sab’u (7 surat panjang), dan aku diberi pengganti isi Zabur dengan surat al-Mi-in, dan aku diberi pengganti isi Injil dengan al-Matsani, dan aku diberi tambahan dengan surat-surat al-Mufashal.” (HR. Ahmad 16982 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Secara garis besar, panjang pendeknya surat dalam Al-Qur’an dikategorikan menjadi empat, yakni:
1. Surat Thiwal
Thiwal berasal dari kata thawil (panjang). Ada 7 surat thiwal dalam Al-Qur’an yakni Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf, dan Al-Anfal.
2. Surat Al-Min
Al-Min artinya seratus. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Min memiliki kurang lebih seratus ayat. Contoh Surat Al-Min adalah Surat Hud, Yusuf, Mu’min, dan sebagainya.
3. Surat Al-Matsani
Dari kata tsanna (ثنَّى) yang artinya mengulang. Menurut keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Said bin Jubair, Surat Al-Matsani disebut demikian karena Allah banyak mengulang mengenai kewajiban-kewajiban (Al-Faraid), hukum-hukum syariat, kisah-kisah (Al-Qashas), dan perumpamaan (Al-Amtsal) dalam surat-surat tersebut. Surat ini biasanya kurang dari seratus ayat. Contoh Surat Al-Matsani dalam Al-Qur’an adalah Surat Al-Anfaal, Hijr, dan sebagainya.
4. Al-Mufashshal
Diambil dari kata Al-Fashl (batas) sehingga dinamakan mufashal karena ayatnya pendek-pendek. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa dinamai mufashal suratnya pendek-pendek, sehingga banyak pemisah basmalahnya. Selanjutnya Surat Al-Mufashsal dibagi menjadi tiga, yaitu:
• Thiwal Mufashal atau mufashal panjang. Dimulai dari Surat Qaf hingga Surat Al-Mursalat (akhir Juz 29).
• Wasath Mufashal atau mufashal pertengahan. Dimulai dari Surat An-Naba’ hingga Surat Ad-Dhuha.
• Qishar Mufashal atau mufashal pendek. Dimulai dari Surat Al-Insyirah hingga akhir Al-Qur’an, yaitu Surat An-Nas.
Hikmah Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-Angsur
Sebagaimana dikutip dari inilah.com, turunnya Al-Qur’an terbagi dalam 3 tahap sebagai berikut:
1. Turun Di Lauh Mahfuzh
Tahap pertama Al-Qur’an diturunkan di Lauh Mahfuzh termaktub dalam Surat Al-Buruj Ayat 21-22 sebagai berikut:
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia
فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh
Wujud Al-Qur’an di Lauh Mahfuzh hanya Allah yang mengetahui. Dalam tahap pertama ini, Allah ingin menunjukkan hikmah dan eksisten Lauhul Mahfuzh sebagai tempat catatan umum dari segala hal yang ditentukan dan diputuskan Allah dari dari segala makhluk alam dan semua kejadian. Selain itu, turunnya Al-Qur’an dalam keadaan utuh dan tak terpisah-pisah di Lauh Mahfuzh membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah serta kehendak dan kebijaksanaan-Nya.
2. Turun Di Baitul Izzah
Baitul Izzah adalah tempat mulia di langit pertama atau langit terdekat dengan bumi. Sebagaimana termaktub dalam Surat Ad-Dukhan Ayat 3:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Menurut Surat Ad-Dukhan, Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah sebelum diteruskan dan diturunkan ke Nabi Muhammad SAW.
3. Turun Langsung Kepada Nabi Muhammad SAW
Ayat Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW baik melalui perantara Malaikat Jibril, secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir. Dua ayat mengenai turunnya ayat Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW disebutkan dalam Al-Qur’an dalam arti dua ayat di bawah ini:
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan (Surat Al-Baqarah: 99).
Ia (Al-Qur’an) dibawa turun oleh Ar-Ruhul Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan. (Surat Asy-Syuara: 193-194).
Menurut laman muslim.or.id, beberapa hikmah Al-Qur’an diturunkan secara bertahap adalah sebagai berikut:
• Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Hal ini berdasarkan firman Allah sebagai berikut:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
Berkatalah orang-orang yang kafir, ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?; demikianlah (Kami turunkannya secara bertahap) supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (bertahap dan teratur) (Surat Al-Furqan Ayat 32).
• Bantahan terhadap syuhbat-syuhbat (keraguan) kaum musyrikin yang datang silih berganti.
• Memudahkan manusia dalam membaca, memaham, mengamalkan dan menghafal Al-Qur’an seperti termaktub dalam Surat Al-Isra: 60
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلً
Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya dengan perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
• Menyemangati hati manusia untuk menerima Al-Qur’an dan mengamalkannya. Dengan diturunkan secara berangsur-angsur, manusia akan selalu merindukan turunnya ayat-ayat Allah. Apalagi di saat yang paling membutuhkan.
• Turunnya ayat-ayat Al-Qur’an secara bertahap juga menunjukkan adanya periodesasi dalam pemberlakuan syariat-syariat dalam tatanan masyarakat.
• Sebagai solusi atau jawaban dari segala permasalahan dalam masyarakat.
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
1. Memperoleh Ketenangan Hati
Merasa tidak tenang dan gelisah belakangan ini? Sahabat Wakaf bisa mencoba untuk merutinkan dan membiasakan membaca Al-Qur’an. Alasannya, semakin kita sering membaca Al-Qur’an semakin kita menyadari dan mengingat kebesaran dan kasih sayang Allah terhadap setiap umat-Nya. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (Surat Ar-Ra’d Ayat 28).
Kemampuan Al-Qur’an untuk membuat hati senantiasa tenteram terletak pada setiap ayat. Setiap ayat dalam Al-Qur’an menjadi obat hati dan penawar dari segala penyakit hati. Hal ini ditegaskan firman Allah SWT di Surat Al-Isra Ayat 82:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Lebih lanjut lagi Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith menjelaskan makna obat atau penawar yang disebut Surat Al-Isra Ayat 82. Arti penjelasan beliau adalah sebagai berikut:
Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur (Tafsir Adhwaul Bayan).
2. Menjadi Manusia Berkualitas
Semua manusia di dunia ini pasti ingin menjadi manusia bermanfaat dan berkualitas bagi orang lain. Allah memberikan banyak cara bagi para umat-Nya untuk menjadi manusia berkualitas dan bermafaat bagi sesamanya—salah satunya membaca, mengamalkan sekaligus mengajarkan Al-Qur’an kepada orang-orang yang belum dapat memahaminya secara kaffah. Dalil mengenai membaca Al-Qur’an dapat menjadikan pembacanya manusia berkualitas dijelaskan melalui sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري
Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari).
3. Menaikkan Derajat Keimanan Bagi Yang Membacanya
Ada satu riwayat hadits dari Imam Bukhari menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an mampu meningkatkan derajat keimanan para pembacanya. Arti dari hadits tersebut adalah:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما، ويضع به آخرين
Sesungguhnya dengan Kitab inilah (Al-Qur’an), Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkan derajat selain mereka (HR. Muslim).
Mengapa membaca Al-Qur’an dapat menaikkan derajat? Al-Qur’an sebagai kalam Ilahi dapat mendekatkan kita kepada Sang Khalik sebab melalui Al-Qur’an, Allah layaknya bercakap-cakap kepada hamba-Nya. Sudah tentu semakin sering kita membaca Al-Qur’an, semakin dekat kita kepada Allah SWT.
4. Memperoleh Syafaat Di Hari Kiamat
Atas izin Allah SWT, Al-Qur’an dapat memberikan syafaat atau pertolongan bagi kita hari kiamat. Tujuannya untuk meringankan beban hukuman yang diterima oleh setiap makhluk. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya (HR. Muslim).
5. Kebaikannya Dapat Menghapus Dosa
Seperti termaktub di Surat Hud Ayat 114, setiap perbuatan baik dapat menghapus dosa atau kesalahan.
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
Setiap ibadah dianjurkan oleh Allah pasti bernilai kebaikan. Maka sudah pasti giat membaca Al-Qur’an akan memperoleh pahala. Insya Allah, pahala membaca Al-Qur’an dapat menghapus seluruh dosa dan kesalahan kita.