Wiwin Ambarwati, mahasiswi semester 5 Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Semarang, putri kedua dari 3 bersaudara ibu Tarmi ini tinggal bersama ibu dan kedua saudaranya karena ayahnya telah meninggal dunia pada 28 Februari 2011.
Semangat Wiwin untuk melanjutkan pendidikan sangat besar. Setelah lulus dari SMAN Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah pada 2009, ia bekerja selama sekitar satu tahun untuk mengumpulkan biaya kuliah. Setelah terkumpul cukup uang, pada 2010 Wiwin mendaftar kuliah di IKIP PGRI Semarang.
Untuk membiayai kuliah dan kehidupan sehari-hari, Wiwin pun kuliah sambil bekerja. Mulai dari menjaga warung internet (warnet) sampai menjadi mocok (pengganti sementara) babysitter di Semarang saat lebaran. Meski kegiatan belajar dan bekerja ini membuatnya letih, tetapi bagi Wiwin yang terpenting adalah ia bisa bekerja agar tetap bisa membayar bea kuliah, indekos, dan makan sehari-hari.
Upah yang didapat dari bekerja sebenarnya kurang cukup untuk membayar indekos dan kebutuhan sehari-hari. Ia sering tidak bisa makan karena kehabisan uang. “Ya Allah… malam ini saya ngga bisa makan… biasanya teman-teman saat saya tidak ada uang mereka suka main kesini sambil membawa makanan, tapi malam ini tidak ada,” ujar Wiwin saat mengisahkan dirinya kepada Tim Indonesia Belajar Badan Wakaf Al-Quran (BWA) di rumahnya yang terletak di desa Kadipiro, kecamatan Jumapolo, Karanganyar Jateng (24/8).
Kesulitan Wiwin bertambah. Pada Desember 2011 hasil diagnosis menunjukkan ia menderita tumor payudara. Akibatnya, uang hasil bekerja yang selama ini dikumpulkan untuk membayar bea kuliah habis untuk membeli obat. Oleh karena itu, Wiwin terpaksa mengambil cuti kuliah selama satu semester sampai dengan Desember 2012.
Sambil menunggu masuk kuliah kembali pada Januari 2013, ia mencoba mengumpulkan uang dengan berjualan voucher telepon selular. Ia pun sadar, laba dari berjualan voucher tersebut sangat minim. Namun menurutnya, itu jauh lebih baik daripada diam tanpa ada usaha untuk mengumpulkan biaya kuliah.
Melihat kegigihan dan keseriusan Wiwin untuk meraih gelar sarjana, maka Badan Wakaf Al-Quran dengan program Indonesia Belajar mengetuk hati kaum Muslimin agar mendonasikan sebagian harta guna membantu biaya pendidikannya.