HUKUM TIDUR SAAT PUASA?
Rasa kantuk saat menjalani puasa Ramadhan memang bisa dirasakan setiap orang. Penyebabnya karena pola tidur orang yang puasa akan berkurang jam tidurnya pada malam hari. Pada seperempat malam kita harus bangun untuk makan sahur. Disamping itu, penyebab terbesar adalah kurangnya kadar glukosa dalam aliran darah yang membuat organ otak kesulitan berkonsentrasi. Semua itu bisa dihindari mengkonsumi makanan yang menghasilkan glukosa lebih lama, mengkonsumi makanan yang mengandung zat besi serta mengurangi bergadang pada malam hari.
Jika rasa kantuk itu tidak segera diatasi, akan mengganggu aktivitas ibadah selama bulan Ramadhan. Jika puasa diisi hanya dengan tidur saja, maka akan kehilangan momen penting dimana perbuatan sunnah (mandub) diganjar wajib dan perbuatan wajib dilipat gandakan. Belum tentu usia kita akan sampai ke Ramadhan tahun depan, jadi sebaiknya manfaatkan Ramadhan yang ada saat ini untuk memperbanyak amal ibadah kepada Allah swt.
Tidur merupakan salah satu potensi kehidupan yang diberikan Allah kepada manusia yang termasuk kedalam kebutuhan jasmani manusia, seperti halnya makan, minum dan buang hajat. Jika kebutuhan jasmani ini tidak dipenuhi, akan mengakibatkan kematian. Hal ini pernah terjadi sekitar 2013 pada almarhumah Mita Diran (27 th) seorang Copywriter muda yang meninggal setelah bekerja 30 jam tanpa tidur.
Bolehkah Tidur Saat Puasa?
Tidur itu sendiri itu hukumnya Mubah. Namun pada beberapa kondisi bisa jadi berdosa. Pertama, menyengaja tidur padahal waktu shalat sudah dekat, karena tidurnya itu sampai melewatkan waktu shalat. Kedua, Jika tidak tidur berturut-turut selama beberapa hari, karena bisa mengganggu kesehatan yang bisa mengantarkan pada kematian. Keharaman ini berdasarkan kaidah Ushul Fiqih” sesuatu yang menghantarkan pada keharaman, maka haram” . Tidak tidur sama saja menzalimi tubuh diri kita sendiri, sedangkan menzalimi diri sendiri itu termasuk perbuatan haram.
Tidur saat puasa sama saja seperti hukum tidur pada saat tidak puasa. Sama-sama mubah namun dengan pengecualian 2 kondisi diatas. Memperbanyak tidur saat puasa agar puasanya kuat merupakan kesalahan besar. Faktor yang memperkuat seseorang untuk menjalankan ibadah puasa pertama karena keimanannya kepada Allah swt dan memperhatikan asupan makanan saat sahur.
Rasulullah saw dan para sahabat melakukan perang Badar pada jumat, 2 Ramadhan tahun ke 2 H. Perang itu merupakan perang pertama kaum Muslimin melawan para penghambat dakwah islam. Sedangkan waktu itu Rasulullah dan para sahabatnya dalam keadaan berpuasa. Begitupun ketika Andalusia (Spanyol sekarang) dibebaskan oleh Tariq Bin Ziyad terjadi pada tanggal 28 Ramadhan tahun ke 92 H.
Dua peristiwa diatas bisa kita jadikan pelajaran bahwa perut kosong karena puasa tidak menjadikan mereka bermalas-malasan atau mengeluh. Justru karena keimanannya kepada Allah lah, panggilan jihad disambut gembira oleh mereka.
Memperbanyak tidur dengan alasan bagian dari Ibadah juga merupakan dalil yang lemah sebagaimana yang disampaikan oleh Al Bani. Masih banyak amal ibadah lain yang bisa kerjakan untuk menambah pundi-pundi pahala untuk bekal kita diakhirat kelak. Anggaplah Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhirmu, sehingga kita bisa beribadah sungguh-sungguh dan tidak melewatkannya hanya dengan tidur dan bermalas-malasan.
Wallahu alam