Putra keempat pasangan Wage Wahyudi (38) dan Efi Asnawati (38) tak henti-hentinya menangis di hari pertama pascalahir (18/1). Di hari kedua sang bayi mengalami pendarahan saat buang air besar. Setelah diperiksa oleh tim medis Rumah Sakit (RS) Sukmul, Tanjung Priuk, diketahui bahwa sang bayi mengalami iritasi lambung yang parah.
Tim medis RS Sukmul segera melakukan penanganan. Mula-mula dilakukan persiapan transfusi darah. Namun, begitu dilakukan pengecekan golongan darah, sampel darah langsung membeku sehingga membuat tim medis menyarankan keluarga agar sang bayi segera dirujuk ke rumah sakit lain.
Saat itu juga Wahyudi mencari rumah sakit yang sekiranya mampu menangani sakit putranya. Awalnya, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Hermina Podomoro, tetapi penuh. Beralih ke RS Mitra kemayoran, juga penuh. Lalu ke RS Satya Negara, RS Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS MH Thamrin Salemba, RS Islam Jakarta Pusat, RS Angkatan Darat, dan terakhir RS Cikini, juga penuh. Dengan demikian, untuk sesaat, bayi yang lahir caesar itu pun terpaksa harus tetap berada di RS Sukmul.
Di tengah kepanikan dan hampir datangnya keputusasaan pihak keluarga, akhirnya datang berita gembira. Pihak RS Sukmul memberitahukan bahwa sang bayi bisa dibawa ke RS Hermina Bekasi dengan catatan bahwa pihak keluarga harus menyiapkan uang muka sebesar Rp 15 juta.
Sebagai staf sebuah media, Wahyudi merasa bahwa biaya sebesar itu sangat membebani dirinya. Namun, ia tidak berkecil hati—ia tahu Allah tidak akan membebani hambanya dengan beban di luar kesanggupannya—oleh karena itu, ia berusaha agar sang buah hati cepat mendapatkan perawatan yang berarti. Tanpa membuang waktu, Wahyudi segera menghubungi sejumlah teman sejawat dan akhirnya, Alhamdulillah, diperoleh dana pinjaman sebesar Rp 5 juta.
Dengan membayar sebagian uang muka kepada pihak rumah sakit sebesar Rp 5 juta dan perjanjian bahwa Wahyudi akan membayar sisa biaya keesokan harinya, akhirnya sang bayi diizinkan untuk dirawat di RS Hermina Bekasi. Sesuai janji, keesokan harinya Wahyudi membayar sisa uang muka sebesar Rp 10 juta yang lagi-lagi merupakan hasil pinjaman.
Pada Selasa (5/2), kondisi bayi terlihat membaik, kotorannya tidak lagi bercampur darah. Air susu yang dikonsumsi sudah mencapai mencapai titik normal 40 cc. Melihat hal itu pihak keluarga pun berencana membawa sang bayi pulang ke rumah. Namun, ketika infus dilepas, suhu badan sang bayi naik dan trombosit darahnya menurun. Akhirnya, dokter tidak mengizinkan bayi tersebut pulang.
Pada Rabu (6/02), dokter mulai melalukan pemeriksaan terhadap darah bayi untuk mengetahui apa penyakit yang diderita sebenarnya. Dan menurut dokter, hasil pemeriksaan baru bisa diketahui sepuluh hari lagi. Selama menunggu keluarnya hasil pemeriksaan, Wahyudi pun berikhtiar mencari dana tambahan untuk membiayai pengobatan putranya yang sudah mencapai hampir Rp 50 juta.
Setelah menjalani perawatan selama 41 hari, akhirnya pada Jumat (1/3), sang bayi pun diperbolehkan oleh dokter untuk pulang ke rumah setelah biaya pengobatan dilunasi dengan menggunakan dana zakat dan sedekah kaum Muslimin yang dihimpunoleh Badan Wakaf Al-Quran (BWA) melalui program Zakat Peer to Peer.
“Saya berterima kasih dan mudah-mudahan kebaikan mereka (yang membantu pengobatan putra saya, red) dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda, dilimpahkan rezekinya, dan dijauhkan dari musibah,” tutur Wahyudi kepada tim BWA.[]
Ingin turut membantu sesama? Salurkan zakat dan sedekah Anda di sini!