Ani Handayani (18), putri sulung dari lima bersaudara pasangan Daman (45) dan Nur Hasanah (40) lahir dari keluarga tidak mampu. Keadaan tersebut membuat Ani, demikian sapaan akrabnya, sejak kelas III Sekolah Dasar (SD) terpaksa tinggal bersama kakek dan nenek karena kedua orangtuanya berangkat mengadu nasib di Jakarta dengan berjualan cilok (salah satu jajanan khas Sunda mirip bakso yang terbuat dari tepung tapioka dan berbumbu kacang). Sejak itu, Ani kehilangan kontak dengan kedua orangtuanya.
Setamat SD, sang ayah pulang menjemput Ani untuk bersekolah di Jakarta. Namun, lantaran tak mampu membayar biaya ujian semester, cicilan uang bangunan, uang pangkal dan SPP, Ani terpaksa putus sekolah. Usaha kedua orangtua yang tak bisa mengangkat nasib keluarga menjadi lebih baik membuat kedua orangtua Ani memutuskan kembali ke Sukabumi. Di sana, Ani meneruskan sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Musthafa. Namun, malang, begitu lulus ia tidak bisa memeroleh ijazah karena masih memiliki tunggakan uang bangunan dan SPP.
Alhamdulillah, sikap Ani yang tegar dan kemauan kerasnya untuk belajar membuat seorang guru terketuk hatinya sehingga bersedia membantu Ani meneruskan pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) Al-Islamiyah Persatuan Umat Islam (PUI), Jakarta. Meski tanpa ijazah, Ani tetap dizinkan untuk bersekolah di sana hingga kini. Dan untuk memenuhi kebutuhannya, Ani bekerja sebagai tukang cuci pakaian teman-temannya dan bersih-bersih asrama sekolah.
Dari pekerjaan itu, Ani memperoleh upah sebesar Rp 60 ribu per bulan. Meski tidak mencukupi keperluannya sehari-hari ditambah kondisi fisik yang tak memungkinkannya bekerja berat secara terus menerus, tetapi Ani tetap mengambilnya. Akibatnya, penyakit bonchitis yang diidapnya pun kambuh sehingga memaksanya untuk beristirahat dan tidak bekerja selama tiga bulan.
Melalui program Indonesaia Belajar (IB), Badan Wakaf Alquran (BWA) berusaha mendongkrak optimisme Ani untuk terus melanjutkan sekolahnya. Saat ditemui tim BWA, Ani berkeyakinan bahwa nasibnya akan berubah dengan tetap bersekolah.
“Hanya Allah yang tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kami nanti, yang pasti kami ingin merubah nasib keluarga kami,” pungkas Ani dengan sikap tawakal yang tinggi.
Total dana yang dibutuhkan Ani untuk membiayai pendidikan selama setahun di MA PUI Jakarta mencapai Rp 4.950.000,- (empat juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah). Mari meringankan beban Ani, semoga sebagian dari rezeki yang Anda donasikan kepada Ani mendapat balasan berlipat ganda dari Sang Pencipta, Allah SWT. Aamiin.[]
Klik di sini untuk membantu saudari Ani!